Translate

Apakah China Punya Musuh?


Republik Rakyat China (RRC), negara yang berada di bawah kekuatan Partai Komunis China (PKC) ini sudah lama mengaung. Awal terbentuknya negara tirai bambu tahun 1949 ini dianggap sebagai negara miskin, terbelakang, tertinggal, dan tak berpendidikan. Tetapi dimusuhi oleh banyak negara maju karena menutup diri dari Barat. Perbedaan ideologi yang membuat China tak mau berurusan dengan negara Barat yang kapitalistik.

China hanya mau berurusan dengan negara-negara berkembang dan sosialis. Kala itu, Indonesia yang berada di bawah rezim Soekarno menggunakan sistem pemerintahan Demokrasi Terpimpin. Indonesia menjalin hubungan mesra dengan Tiongkok. Para pemimpin Partai Komunis Indonesia juga sering kali mengunjungi negara berpaham komunis itu. Ada kedekatan yang menjadikan Indonesia begitu akrab dengan China. Kala itu China belum sehebat sekarang. China mulai melakukan reformasi dalam segala bidang setelah meninggalnya ketua Mao.

Sebenarnya China sempat melakukan reformasi saat Mao masih ada. Hanya saja Mao tak memegang kendali pemerintahan, dia memimpin PKC. Sedangkan RRC dijalankan oleh Liu Shaoqi. Selama pemerintahan Liu lah timbul revolusi kebudayaan China tahun 1966. Liu Shaoqi dipandang Mao terlalu melunak. Pola ekonomi yang dijalankan Liu condong liberal-kapitalis. Program-progamnya dianggap telah menyimpang dari nilai-nilai dan ajaran sosialis. Terjadilah perseteruan antara Mao dengan Liu. Para pengikut Mao melakukan pemberontakan. Istri Mao yaitu Jiang Qing merupakan penggerak revolusi tersebut.

Tahun 1976, Mao meninggal. Deng Xiapoing, seorang pengikut setia Mao tampil. Sebenarnya terdapat perbedaan pandangan antara Deng dengan Mao selama revolusi kebudayaan berjalan. Tetapi Deng tak mau memperlihatkan diri. Meskpin timbul gejolak dan berbagai pemberontakan setelah Mao tiada, Deng dengan gayanya bisa membenahi China. Reformasi di segala bidang pun dimulai olehnya. Seiring berjalannya waktu, China menjadi naga yang terus menyemburkan apinya. Jepang sebagai negara tetangganya dan tak menyukai China juga kena semprot api naga China.

China sering kali menjadi sorotan. Mata dunia terbelalak mengarah ke China. China kini sudah bisa berlari kencang, ekonomi tumbuh cepat, pertahana militer China menjadi kuat. Dua bidang itulah yang kini menjadi sorotan dunia terutama dari Amerika, Eropa, dan dua tetangganya yaitu Jepang-Korea Selatan.

Negara-negara di Asia terheran-heran dengan kemajuan China yang begitu pesat. China yang dulunya senasib kini jauh meninggalkan mereka. Negara dengan wilayah yang begitu luas (9640821 km²) dan berpenduduk padat (1,3 miliar jiwa) itu kini tengah membuat dunia repot dan geger. China banyak musuhnya. Negara yang memusuhinya bukan negara biasa, tapi negara yang menjadi kekuatan dunia.

Jika kita melihat hubungan China dengan banyak negara nampak bagus. Hubungan dagang dengan Amerika dan Eropa makin berjalan. Membanjirnya produk-produk China di berbagai negara juga Amerika dan Eropa bisa dipastikan, hubungannya baik. Perusahaan-perusahaan China yang beroperasi di negara maju juga memberikan keuntungan ekonomi bagi mereka. Jepang juga dapat menjalin kerjasama dengan China yang saling menguntungkan. Apalagi beberapa bahan teknologi dari China sangat diandalkan Jepang. Begitupula hubungan China dengan negara musuh Amerika seperti Korea Utara dan Iran. Ternyata China tak peduli dengan hal semacam itu. Selama menguntungkan ekonominya, China terbuka dengan negara mana saja. Tak peduli ideologi macam apa yang dipegang.

China menghasilkan banyak produk. Jika ingin meguasai pasar dunia, dengan melakukan ekspor adalah caranya. Bahkan menjadi tujuan utama China. Produk dengan berbagai jenis masuk ke berbagai negara. Dengan ekspor pertumbuhannya begitu cepat. Dalam bidang elektronik misalnya, kontribusinya terhadap produksi komputer dunia meningkat dari 4% tahun 1996 menjadi 21 % tahun 2000. begitu pula dengan komoditas lainnya.

Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) yang beroperasi tahun 1995 di Swiss dengan tujuan untuk mewujudkan perdagangan dunia yang bebas, adil dan terbuka sudah lama mempehatikan China. Terutama Amerika yang mendominasi terhadap kebijkan WTO terlihat gusar. China masuk keanggotaan WTO semenjak 11 tahun silam, 10 November 2001 China resmi menjadi anggota WTO. Posisi Amerika terancam, diikuti pula dengan posisi Eropa dan Jepang.

Saya tidak akan membahas panjang lebar sejarah kemajuan China di abad 21 ini. Sedikit yang akan saya singgung dan menjadi pertanyaan, apa benar China punya musuh? Apakah Amerika, Eropa dan Jepang adalah musuh utama China? Kompetisi. China tengah mengejar negara-negara tersebut. Beberapa ketegangan China dengan tiga kekuatan dunia tersebut sering kali timbul dalam hubungan dagangnya. Rasa saling curiga menjadi hal yang wajar.

Saat Eropa memberlakukan hukum pembatasan dan pungutan emisi karbon pada Januari 2012, China langsung berreaksi. Pasalnya, tiap maskapai penerbangan yang masuk dan keluar Eropa mesti membayar pajak setiap emisi yang dikeluarkan dari penerbangan. Ini berlaku untuk semua negara, termasuk Amerika dan Jepang. Tapi yang sering nampak ke permukaan adalah China. Pemerintah China pun langsung menginstruksikan ke semua maskapai penerbangan China yang ada di Eropa supaya tak membayar pajak emisi. China membalasnya dengan membatalkan pembelian 10 pesawat super jumbo Airbus A 380.

Hubungan Jepang juga sering kali tidak baik, makin memanas dan menegang. Produk-produk Jepang kalah saing dengan China. Padahal Jepang lebih dulu maju dari China. China di mata Jepang baru tumbuh kemarin. Kedua negara tersebut saling berebut pengaruh di kawasan Asia Timur, bahkan Asia. Di kawasan Asia, Jepang punya Korea Selatan sebagai pendukungnya. Mereka dekat dengan Amerika. Kemungkinan Amerika menjadikan Jepang dan Korsel sebagi tamengnya di Asia. Tapi China juga punya Korea Utara untuk mengimbangi kekuatan Jepang.

Tak heran saat Amerika menempatkan pasukannya di pangkalan militer Darwin Australia, dianggap untuk menandingi kekuatan China. Jepang-Korsel khawatir dengan kekuatan China. Apalagi China saat ini tengah memperkuat kekuatan militernya. Anggaran yang disediakan untuk bidang pertahanan sangat tinggi, lebih tinggi dari Amerika dan Jepang.

China selalu membalas perbuatan lawannya. China pernah dituduh oleh Amerika telah merampok hak cipta atas produk-produk Amerika. Produk China yang membanjiri Amerika dianggap telah mematikan industri China. Mata uang Yuan China juga dicap sebagai manipulator karena telah menurunkan nila mata uang dolar AS atas Yuan. Keluarlah aturan terkait hal itu. China tentu berang dengan tindakan Amerika. Masih banyak lagi ketegangan hubungan dagang antara China dengan Amerika.

Kini, China membatasi ekspor Logam Tanah Jarang (LTJ) ke Amerika, Eropa dan Jepang. Tentu saja membuat tiga kekuatan dunia tersebut marah karena LTJ merupakan logam masa depan dunia. Berbagai produk berteknologi tinggi membutuhkan LTJ. Dan tiga negara itu menggantungkan masa depannya pada LTJ. China digugat oleh tiga negara itu ke WTO. Bagaimana tidak, China mendominasi LTJ hingga 97 persen pasokan dunia. Apakah ini perang abad 21? Beberapa pejabat Amerika mengatakan ke publik, Amerika tak pernah menganggap China sebagai musuh.

Hubungan dagang antara China dengan Indonesia juga sempat tegang. Tahun 2008, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menemukan 12 makanan asal China mengandung melamin. pemerintah Indonesia pun menghentikan produk tersebut beredar di Indonesia. Tentu saja ini merugikan ekonomi China. Distribusi produk tersebut terhenti. Pemerintah China melakukan langkah balasan dengan melarang produk ikan asal Indonesia masuk ke China.

Sudah dapat disimpulkan, bahwa musuh China sebenarnya adalah negara-negara yang merugikan ekonominya. Bukan Kapilisme, Islam, atau negara-negara tandingannya. Negara berideologi Sosialisme-Komunisme juga belum tentu teman akrab China. Selama negara tersebut menguntungkan ekonomi China, maka China akan terus menjalin hubungan. China tak peduli jika harus kehilangan pasar di Amerika ataupun Eropa, masih luas pasar yang tersedia di muka bumi ini. China tak ambil pusing dengan tindakan dari negara luar terhadapnya.

http://politik.kompasiana.com/2012/03/18/apakah-china-punya-musuh/