Translate

Asal Muasal Istilah Kelenteng - Makna, Fungsi Dan Perkembangannya




Istilah ‘kelenteng’ hanya ditemui di Indonesia. Diperkirakan istilah ini berasal dari bunyi instrumen sembahyang (lonceng/genta) yang berbunyi ‘teng... teng...” , yang kemudian oleh penduduk sekitar dipakai untuk menyebut tempat sembahyang tersebut sebagai Kelenteng.

Ada pendapat lain yang mengatakan bahwa Kelenteng berasal dari Kuan Im Ting (Mandarin: Guan Yin Ting). Pendapat ini lemah karena terlalu dipaksakan karena ‘kuan’ menjadi ‘ke’, ‘im’ menjadi ‘len’ dan ‘ting’ sama dengan ‘teng’. Selain itu, tidak semua kelenteng mempunyai altar untuk memuja Kuan Im

Ada juga yang mengatakan bahwa istilah ‘kelenteng’ berasal dari minyak biji kapuk yang disebut ‘klenteng’ (dengan ‘e’ pepet). Argumen ini lemah karena tidak semua pelita di kelenteng menggunakan minyak biji kapok (bahkan sedikit yang menggunakan minyak biji kapok).

ASAL MUASAL KELENTENG DALAM TELAAH MAKNA DAN FUNGSI

Sejarah mencatat kata untuk ‘kelenteng’ dalam bentuk awalnya adalah huruf BIO (miao) 廟 yang muncul dalam Ngo King (Wu Jing) maupun Su Si (Si Shu) 四書 sebagai tempat ibadah kepada Tian (langit), Di (bumi), dan leluhur.

Menurut SuHai (CiHai) 辭海, mengacu SuGuan (CiYuan) 辭源, menyimak SuHue (CiHui) 辭彙, BIO terdiri dari dua radikal yaitu: 广 dan朝 .  (广) menyatakan tempat terbuka (bandingkan dengan radikal wei 囗 yang berarti ‘di dalam’ atau radikal bian [bagian atas karakter jia (rumah) 家] yang berarti ‘menaungi’. 朝 melukiskan batasan dari waktu (untuk hari: pagi/fajar, untuk: hidup: awal) yang menyatakan mula, dini, ke arah... , menghadap, suatu kiblat. Sehingga, BIO berarti: tempat terbuka (umum) untuk tidak melupakan asal-usul atau cikal-bakal yang berhubungan dengan awal dan akhir.

Dengan melihat uraian tentang peribadatan bisa ditelusuri bagaimana 廟 ini kemudian menjadi Co Bio (ZuMiao) 祖廟, lalu Su (Ci) 祠.  Dalam perkembangannya bio yang merupakan tempat sembahyang kepada Langit, Bumi, dan Leluhur, juga menjadi sarana ibadah agama Ji To Sek (RuDaoShi)  (artinya: Agama Khonghucu, Taoisme, Buddhisme). Pengaruh agama Ru Dao Shi ini menjadi landasan umat SamKao (SanJiao) 三教 (Tridharma), yang melengkapi bio dengan Sin Bing (Shen Ming) 神明, Sian (Xian) 仙, dan Hud (Fo) 佛.  Kemudian, seiring perjalan waktu, Bio mengalami derivatif makna dan fungsi. Walaupun demikian asal-muasal dan pengertian dasarnya perlu dijaga supaya kebenaran yang sebenarnya tidak terlupakan.

PERKEMBANGAN KELENTENG - MACAM DAN JENIS

Secara fisik sejak semula memang ada sebutan untuk membedakan kelenteng yang ada:

Kiong (Gong) 宮: bangunanya megah (besar), dibangun oleh raja/pejabat/pembesar, dengan makna dan fungsi yang luas daripada Bio 廟. Su (Ci) 祠: dibangun oleh marga/keluarga lebih untuk menghormati leluhur Sementara Bio 廟 tetap dipergunakan sebagai tempat ibadah/sembahyang yang baku.  Kemudian makna dan fungsi terus berkembang, dan istilah kelentengpun mengikuti perkembangan sesuai dengan macam dan jenis.

  1. Bila ada pelajaran, taman baca, atau taman komunikasi sosial : Yni (Yuan) 院, terkadang juga ditulis Wan (Yuan) 园  , contoh: Kim Tek Yi (Jin De Yuan) 金德院 di Jakarta
  2. Bila ada fungsi pelayanan keagamaan, upacara/ritual disebut: Tong (Tang) 堂
  3. Bila berfungsi sebagai pendopo, tempat pemujaan disebut Ting (Ting) 亭
  4. Bila berfungsi sebagai tempat pengasingan, menenangkan disebut An (An) 安
  5. Bila lebih sebagai sarana yang umum / kemasyarakatan disebut Kuan (Guan) 館
  6. Setelah masuknya Buddhisme, kelenteng yang berfungsi sebagai= vihara disebut Si (Si) 寺 dan vihara untuk bhikshuni disebut Am (An) 庵
  7. Ada juga nama yang dikaitkan dengan bentuk kuil seperti Tong (Dong) 洞 (=goa), -> contoh: SamPoTong (SanBaoDong) 三寶洞 di Semarang -> kelenteng Sam Po Kong三保公/ SamPo TaiJin 三保大人.
  8. Bila bangunan kelentengnya didominasi pahatan bebatuan dinamakan Si (Shi) 石 (=batu).

Sejak dinasti Tong (Tang)唐, ada klasifikasi yang lebih jelas, sehingga dikenal :
  1. Bagi Rujiao yang berdasarkan Te (Di) 禘 dan Co (Zu) 祖 ada Bio (Miao) 廟 dan Su (Ci) 祠
  2. Bagi Daojiao yang lebih tinggi derajatnya disebut Kiong (Gong) 宮 dan yang lebih rendah disebut Kuan (Guan) 觀
  3. Bagi Buddhisme, untuk bhikshu: Si (Si) 寺 dan untuk bhikshuni Am (An) 庵.
  4. Untuk SinBing (ShenMing) 神明 bila lebih menunjuk satu SinBing (sebagai pendopo/tempat ke’diam’an) Ting (Ting) 亭 . Bila jamak cenderung memakai nama Yni (Yuan) 院 atau ada juga yang menggunakan huruf Wan (Yuan) 园.
  5. Untuk Pelayanan keagamaan bisa: Yni (Yuan) 院:
  6. Taman baca/belajar Tong (Tang) 堂:
  7. Tempat ibadah/upacara/ritual Kuan (Guan) 館: sarana pelayanan kemasyarakatan

Kendati pembagian ini pada awalnya demikian, kemudian istilah2 ini tercampur baur, tidak ada lagi acuan baku, bahkan terkesan rancu.